Ilustrasi Hacking

Ilustrasi hacker palus. (Freepik)

ASIA.COM – Cerita tentang individu yang mengaku sebagai peretas dengan niat menipu dan memanfaatkan masyarakat yang cenderung panik sempat merajalela belakangan ini. Pengalaman serupa juga dialami oleh Detektif Jubun, seorang detektif swasta Indonesia.

Berdasarkan penuturannya, Jubun yang dekat dengan dunia penyelidikan dan akrab dengan isu aksi retas meretas menceritakan bila ia sempat bertemu dengan seorang influencer yang mengaku jago meretas dan menyebutkan bila ponselnya kemasukan malware dan rentan diretas.

Perkenalan dengan Youtuber ‘Jago Meretas’

Bermula ketika ia menyaksikan sang influencer ahli IT yang mengunggah di akunnya bagaimana piawainya dia bisa mendapatkan foto pelaku penipuan dengan modus mengaku sebagai pihak bank yang mengirimkan file apk ke ponsel korban.

“Setelah melihat kemampuannya itu, saya sangat tertarik dengan sosoknya. Kemudian saya langsung mengunjungi IG beliau dan saya mengirimkan pesan salam perkenalan via DM. Setelah berhasil mendapatkan nomor Whatsapps. Selanjutnya kami berkomunikasi via WA,” kata Jubun.

Setelah obrolan di Whatsapps itulah influencer tersebut mengatakan bahwa ponselnya tidak aman dan mengatakan bahwa isi ponsel saya bisa dilihatnya. Menurut Jubun, awalnya sang influencer ini memang bisa menyebutkan ip address, jenis dan tipe ponselnya. Namun saat diminta untuk menyebutkan lokasinya, sang influencer tak bisa memberikan jawaban.

Bisa mengirim email dari email orang lain

Tak hanya ponsel, hacker palsu ini juga mengatakan bahwa email Detektif Jubun sangat lemah dan bisa ditembus olehnya.

Jubun pun memberikan gambaran bila sang influencer bisa menembus email pertamanya yang disebut A. Ia pun mencontohkan bisa mengirim pesan dari alamat email A ke email Jubun yang lain yang disebut email B. Saat dilihat, memang dalam email B milik Jubun terdapat notifikasi dari alamat email A yang sudah diretas sang influencer.

Detektif Jubun mengirim email dan memeriksa ponsel. (Dok. Pribadi)
Sempat merasa panik emailnya bisa diretas, Jubun pun berkonsultasi dengan ahli IT yang biasa bekerjasama dengannya. Bahkan juga menghubungi kenalannya di unit cyber Bareskrim Polri.

Dari konsultasi tersebutlah, Jubun mendapat pengetahuan bila kemampuan sang influencer sebagai peretas itu juga bisa dilakukan semua orang. Menurut unit cyber crime dan tim ahli IT, ada banyak cara untuk bisa mengetahui alamat IP address, tipe dan jenis ponsel. Termasuk lokasi yang sebenarnya jauh dari kata akurat.

“Salah satu caranya adalah menggunakan IP Logger. Saya googling di internet dan baca-baca memang ada banyak cara. Kemudian ada juga aplikasi atau cara untuk mengirimkan email ke orang dengan nama pengirim yang bisa kita setting sesuai kemauan kita,” terang Jubun.

“Jadi email saya yang A itu sebenarnya tidak bisa ditembus oleh influencer itu. Ia hanya mengirim email dengan nama pengirim sebagai email A. Ia mengirimkan email dari miliknya pribadi, tapi bisa mengganti alamat email pengirim dengan email milik saya. Jadi seolah-olah ia bisa mengirimkan pesan dari email saya, padahal sih nggak,” jelas Jubun.

Tatap muka dengan sang hacker palsu

Ilustrasi

Ilustrasi wajah hacker yang masih pemula. (Freepik)

Begitu sudah ketahuan trik sang hacker, Jubun mencoba mengadakan pertemuan tatap muka dengan sosok influencer yang mengaku jago meretas tersebut. Jubun ingin mengujinya secara langsung.

“Orang ini mengatakan bahwa bisa mengecek lokasi seseorang dgn tepat sebagaimana akurasi GPS bahkan live. Ia juga menceritakan banyak hal terkait kemampuannya namun dengan bahasa-bahasa program, bahasa-bahasa IT, yang sangat sulit dipahami,” terang Jubun.

Tes di Tempat

Jubun langsung meminta untuk langsung praktekkan cara melacak lokasi seseorang.

“Orang ini mengirimkan sebuah link ke saya dan meminta saya klik. Katanya begitu linl tsb diklik barulah lokasi saya bisa diketahui. Setelah saya amati link tersebut ternyata adalah website yg menuntun kita masuk ke dalam aplikasi-aplikasi pelacak seperti Family Locator, dan lain sebagainya.”

Jubun juga minta untuk melacak lokasi nomor ponsel keduanya yang disimpan dalam tas namun disebut sebagai nomor ponsel kenalannya. Sang peretas ternyata ketahuan belangnya ketika ia menyebutkan lokasinya yang berbeda, pada saat itu nomor ponsel tersebut ia bawa di dalam tas.

Jubun juga mencoba meminta sang peretas menyebutkan isi inbox email miliknya yang sudah bisa diretas sebelumnya. Ternyata ia tak bisa menyebutkan isi inbox email milik Jubun.

“Kalau dia bisa meretas email saya, seharusnya ia bisa menyebutkan isi inbox email saya apa saja isinya. Itu berarti kemarin dia hanya bisa mengirimkan pesan dengan mengganti alamat emailnya saja,” katanya.

Meminta masyarakat waspada

Dengan pengalamannya tersebut, Jubun pun akhirnya meminta masyarakat untuk tetap waspada terhadap bentuk penipuan orang-orang yang mengaku hacker. Jangan sampai masyarakat mudah panik dan langsung mempercayai semua perkataan orang yang mengaku berhasil meretas email atau ponselnya.

“Saya harap kita sama-sama belajar cerdas. Jangan mudah percaya. Semua harus dibuktikan. Belajar cerdas. Sebaiknya segala sesuatu harus diuji terlebih dahulu,” pesan Jubun kepada masyarakat untuk tetap waspada terhadap upaya penipuan. (Detektif M)