ASIA.COM – Gambaran cerita detektif swasta Jepang yang diperkenalkan lewat manga dan anime ternyata juga bisa dilihat di dunia nyata. Salah satunya dari Goro Koyama, sosok detektif Swasta asal Jepang di era kekinian.
Sekedar informasi, Goro Koyama dikenal sebagai detektif swasta bilingual di Jepang berbasis di Tokyo, dimana ia melayani permintaan klien dalam dua bahasa, yaitu Jepang dan Inggris. Kliennya pun tak hanya dari masyarakat Jepang semata tapi juga banyak dari mancanegara.
Goro Koyama yang kini berusia 50 tahun lebih ini merupakan detektif swasta yang malang melintang di dunia investigasi selama belasan tahun. Pendiri agensi JapanPI ini menjalani kehidupan detektif swasta. Namun pada kenyataannya profesi yang ia jalani di dunia nyata berbeda dengan cerita fiksi detektif swasta pada umumnya.
Detektif Swasta yang Dropout dari Kampus
Dalam wawancaranya bersamaThe Japan Times pada 2020 silam, Goro Koyama mengungkap sepak terjangnya sebagai detektif swasta di Jepang. Awalnya Goro ingin menjadi penulis, namun ia justru menjadi detektif swasta.
“Ketika saya muda, saya ingin menjadi penulis, jadi saya pikir terlibat dalam pekerjaan yang agak mencurigakan seperti detektif bisa memberi saya inspirasi,” katanya.
Goro awalnya masuk perguruan tinggi dan mempelajari bidang studi Sejarah Kuno. Namun ia mengaku tak menyelesaikan pendidikannya karena lebih suka menerima pekerjaan yang aneh saat masih menjadi mahasiswa. Ia mengaku pernah menjadi sukarelawan uji coba klinis yang disuntik serta menjadi agen pemasaran.
Menurutnya, pekerjaan aneh yang ia pilih merupakan pekerjaan yang berbeda dari orang kebanyakan. Apalagi pekerjaan ini dipilih oleh orang-orang yang terpinggirkan dalam kehidupan sosial dan terpaksa harus putar otak untuk bertahan hidup.
Itu menantang dan merupakan dunia yang berbeda dari yang biasa. Orang-orang yang terpinggirkan di sekolah atau masyarakat harus menjadi pintar jalanan untuk bertahan hidup.
Tantangan Menjadi Detektif Swasta di Jepang Tanpa Lisensi
Berbeda dengan negara Amerika dan Eropa yang sudah mengeluarkan lisensi untuk profesi detektif swasta, Jepang belum memilikinya. Satu-satunya aturan dari pemerintah untuk profesi tersebut adalah membuat sistem registrasi, dimana mereka yang ingin mendirikan agensinya cukup mendaftar saja.
“Di Jepang, tidak ada lisensi detektif swasta. Pada tahun 2007, sistem pendaftaran didirikan, tetapi sebelum itu, tidak ada regulasi pemerintah sama sekali,” kata Goro Koyama.
Sebelum mendirikan agensinya sendiri, Goro magang di agensi detektif lain selama 10 tahun, namun hanya mendapatkan bayaran yang kecil.
“Meskipun pekerjaan berat dan jam kerja panjang, upah detektif lebih rendah dari rata-rata upah. Itu adalah kenyataan di industri ini,” katanya.
Kasus Pertama hingga Kasus yang Paling Sering Ditangani
Kasus pertama Goro Koyama adalah permintaan seorang klien anonim yang disebut Mr. X yang kemungkinan berusia di atas 60 tahun. Klien tersebut meminta dirinya untuk mengawasi pacarnya dan barang yang ia beli di supermarket.
“Mr. X memiliki pacar berusia akhir 50-an, dan saya diminta untuk melaporkan makanan apa yang dibelinya di supermarket. Jika dia membeli bawang putih atau minuman energi, Mr. X akan marah kep pacar dan saya harus mengikuti pacarnya sepanjang minggu itu,” kata Goro.
Saat ditanya apa kasus yang paling sering masuk ke agensinya, Goro Koyama menjawab kasus menemukan atau melacak keberadaan seseorang. Mulai dari terdakwa yang melarikan diri, anak yang diculik karena perebutan hak asuh, hingga pencarian orang yang terkena masalah hukum.
Baca Juga: Apakah Profesi Detektif Swasta di Indonesia Sudah Legal? Ini Dia Penjelasannya
“Kami sering mendapat permintaan untuk menemukan keberadaan terdakwa yang melarikan diri ke Jepang atau kembali ke Jepang untuk menghindari pengadilan di negara lain. Kami juga melakukan penyelidikan untuk menemukan lokasi anak yang diculik oleh pasangan, terutama yang terkait dengan Konvensi Den Haag dan perselisihan hak asuh. Selain itu, kami menangani pencarian orang untuk pengiriman surat tuntutan perceraian dan tuntutan hukum lainnya.”
“Kami juga menerima permintaan dari pengacara Amerika untuk kasus pemeriksaan warisan. Jika seseorang meninggal di luar negeri tanpa meninggalkan wasiat atau informasi kontak keluarga, kami mencari pewaris di Jepang.”
Salah satu kasus teraneh yang pernah ia terima adalah kasus seseorang yang paranoid terhadap dokter giginya sendiri. Saat ia menolak, klien itu malah membunuh sang dokter gigi dan beritanya ramai diperbincangkan di televisi.
“Pria itu percaya bahwa dokter giginya yang biasa telah memasang perangkat remote di giginya untuk Yakuza yang mencoba menaklukkan dunia. Saya menolak kasus itu, tetapi kemudian pria itu dilaporkan telah membunuh dokter gigi tersebut dalam berita.”
Pandangan Masyarakat Jepang Terhadap Profesinya
Berdasarkan penuturan Goro Koyama, profesi detektif swasta di Jepang masih salah kaprah karena terpengaruh dengan persepsi umum. Salah satunya dikaitkan dengan perselingkuhan.
“Jika Anda bertanya kepada orang biasa apa yang dilakukan detektif, mereka akan menjawab, “Mereka pasti hanya melakukan penyelidikan perselingkuhan.”
Ia juga merasa bahwa banyak orang merasa detektif itu seperti yang ada di film, buku, atau komik. Penggemar tokoh Hercule Poirot dari Agatha Christie tersebut mengungkapkan bahwa pekerjaan detektif swasta di dunia nyata sangat berbeda.
“Apa yang kita lakukan sangat berbeda dengan detektif yang muncul di film atau buku. Pertama-tama, kami tidak menangani kasus kriminal. Di Jepang, kekuatan polisi sangat kuat dan mandiri. Mereka tidak berbagi informasi dengan perusahaan swasta. Kerja sama antara polisi dan detektif dalam penyelidikan hampir tidak pernah terjadi,” pungkasnya. (Detektif M)